Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan kematian, baik itu manusia, jin, hewan, ataupun tumbuh-tumbuhan. Sebagaimana firman Allah Ta’ala,
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۖ ثُمَّ إِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan.” (Q.S. Al-‘Ankabuut: 57)
Dan kita sebagai seorang mukmin pasti menginginkan sebuah akhir hidup yang baik (khusnul khatimah). Yaitu keadaan dimana ketika malaikatul maut datang untuk mencabut nyawa kita, kita sedang beribadah kepada-Nya. Salah satu ciri kesuksesan seorang mukmin di dunia adalah ketika di akhir hayatnya ia mampu mengucapkan kalimat tauhid, Laa ilaaha Illallah. Rasulullah SAW bersabda,
“Barangsiapa yang akhir ucapanya adalah Laa Ilaaha Ilallah maka dia masuk surga”. (HR. Ahmad, Abu Daud, Hakim dishahihkan oleh Syeikh Al Albani dalam Shahiih Jami’us Shaghir no 6479)
Dalam hadits yang shahih dikisahkan bahwa Rasulullah SAW pernah mengatakan kepada pamannya, Abu thalib taktala hendak meninggal dunia, Rasulullah SAW berkata, “Hai Pamanku katakanlah kalimat ‘Laa ilaaha illallah’ kalimat yang nantinya bisa aku jadikan sebagai hujjah untuk membelamu kelak di hadapan Allah”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Kematian akan datang taktala umur yang Allah Ta’ala berikan kepada hamba-Nya telah berakhir, telah mencapai batas. Maut akan datang secara tiba-tiba, tanpa
diundang, datang pada siapapun, kapanpun, dan dimanapun seorang itu berada. Allah Ta’ala berfirman, dengan sebenar-benarnya,
وَجَاءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ ۖ ذَٰلِكَ مَا كُنتَ مِنْهُ تَحِيدُ
“Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya.” (Q.S. Qaaf: 19)
Kematian akan selalu mengintai setiap orang tanpa pandang bulu, baik sehat maupun sakit, konglomerat maupun konglomelarat, luang ataupun sibuk, pejabat ataupun rakyat, direktur maupun tukang bubur, ketika ajalnya datang maka tak ada yang bisa menghindar sedetikpun darinya. Kematian tak dapat dipercepat ataupun diperlambat, walaupun seseorang lari darinya ketahuilah kematian akan selalu menyertainya, Allah SWT berfirman:
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ ۖ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً ۖ وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ
“Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya.” (QS. Al-A’raf : 34)
قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلَاقِيكُمْ ۖ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَىٰ عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
“Katakanlah: ‘Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan’.” (QS. Al-Jumu’ah : 08)
Bahkan kematian akan mendatangi seseorang walaupun ia berada atau bersembunyi di benteng yang kokoh, sebagaimana firman Allah Ta’ala,
أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِككُّمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنتُمْ فِي بُرُوجٍ مُّشَيَّدَةٍ ۗ وَإِن تُصِبْهُمْ حَسَنَةٌ يَقُولُوا هَٰذِهِ مِنْ عِندِ اللَّهِ ۖ وَإِن تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَقُولُوا هَٰذِهِ مِنْ عِندِكَ ۚ قُلْ كُلٌّ مِّنْ عِندِ اللَّهِ ۖ فَمَالِ هَٰؤُلَاءِ الْقَوْمِ لَا يَكَادُونَ يَفْقَهُونَ حَدِيثًا
“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: ‘Ini adalah dari sisi Allah’, dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: ‘Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)’. Katakanlah: ‘Semuanya (datang) dari sisi Allah’. Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikitpun?”(QS. An Nisa’ :78)
Oleh karena dahsyatnya kematian ini maka tentunya seorang muslim yang cerdas, kita harus mempersiapkan sebaik-baik bekal yaitu taqwa, dengan menjalankan segala perintah-perintahNya dan menjauhi segala larangan-laranganNya, selagi masih ada ruh dalam diri kita. Kehidupan dunia kita jadikan sebagai ladang untuk menanam amal kebaikan, lahan untuk menebar benih kebaikan dan tempat berbekal dengan ketakwaan yang hasilnya kelak akan kita petik di akhirat. Sehingga dunia tidak melalaikan kita, kesibukan dunia menjadikan ibadah terbengkalai, cinta dunia menjadikan diri lupa akan mati.
Sebenarnya ketika seorang muslim mau mengingat akan dahsyatnya kematian dan kehidupan setelahnya niscaya itu akan menjadikannya lebih giat untuk beribadah kepadaNya dan takut untuk bermaksiat kepadaNya. Karena sesunguhnya orang-orang shaleh yang merindukan dan dirindukan Surga selalu bersiap-siap menghadapi
kematian. Seorang pemimpin mulia setelah Rasulullah SAW, sahabat yang Allah janjikan padanya Surga, Abu Bakar As Sidiq Ra. pernah berkata: “ carilah kematian, niscaya engkau akan temukan kehidupan.”
Sesungguhnya kehidupan yang abadi akan ada setelah datangnya kematian. Kehidupan abadi dan kekal hanya dengan dua pilihan, surga yang penuh kenikmatan dan kebahagiaan bagi orang yang taat menjalankan perintah-perintah-Nya dan neraka yang penuh azab dan siksaan bagi orang yang gemar bermaksiat kepada-Nya.
Maka ketika kita menginginkan Surga-Nya persiapkanlah kematian dengan sebaik-baiknya. Karena ketika kita mengakhiri hidup dengan khusnul khatimah maka kebahagiaan akan menanti di perjalanan kita selanjutnya, baik di kubur (barzakh), padang mahsyar, miizan, maupun shirath hingga akhirnya Allah Ta’ala memasukkan kita ke dalam surga-Nya.
Dan sebaliknya ketika kehidupan dunia hanya kita gunakan untuk bersenang-senang, menumpuk harta kekayaan, menyombongkan diri, dan bermaksiat kepada-Nya hingga ajal menjemputnya maka kesengsaraan ketika datangnya kematian, kubur yang penuh dengan siksaan, padang mahsyar tanpa naungan, timbangan keburukan yang lebih berat dari kebaikan, dan gagalnya menjembatani shirath hingga dilemparkannya diri ke dalam api neraka yang penuh kepedihan dan kesengsaraan. Naudzubillah min dzalik
أكثروا ذكر نعم هذه اللذات
“Perbanyaklah mengingat penghancur kelezatan-kelezatan (kematian).”
Rasulullah SAW memerintahkan kepada umatnya untuk memperbanyak mengingat kematian, karena pengaruhnya yang besar bagi kehidupan mukmin. Seseorang yang senang untuk dzikrul maut (mengingat kematian) ia akan senantiasa berusaha memperbanyak dan meningkatkan kualitas ketakwaan serta amal ibadahnya, karena ia tahu hanya amal shalehlah yang akan menjadi pendamping setianya taktala pergi dari kehidupan dunia.
Teman setia taktala semua yang ia miliki meninggalkanya, istri yang ia cintai tak menemani, anak yang ia sayangi tak mendampingi, keluarganya pun pergi, harta dan jabatan yang ia miliki tak berarti.
Dari Anas Ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Yang mengikuti mayat itu ada tiga yaitu keluarga, harta benda dan amal perbutannya, yang dua akan kembali dan satu tetap bersamanya. Keluarga dan hartanya kembali dan amal perbuatanya akan tetap bersamanya”. (HR. Bukhari Muslim)
“Bila waktu t’lah berakhir teman sejati hanyalah amal, Bila waktu t’lah berakhir teman sejati tinggallah sepi” begitulah ungkapan dalam sebuah nasyid.
Abu Bakar Ash Shidiq Ra. berkata: “Barangsiapa masuk ke kubur tanpa membawa bekal, maka ia tak ubahnya menyebrangi lautan tanpa perahu.”
Beramalah dengan sebaik-baiknya, lakukan segala amal kebaikan, jauhi segala keburukan, jangan pernah meremehkan kebaikan sekecil apapun, karena bisa jadi hal inilah yang akan menolong kita di hari perhitungan kelak.
Mengapa? Karena hal-hal kecil ini tidak mudah dihinggapi riya’ dan banyak dianggap remeh oleh kebanyakan manusia. Bukankah Rasulullah SAW memerintahkan kepada kita untuk tidak menganggap remeh kebaikan sekecil apapun walau bertemu dengan teman dengan wajah tersenyum, dua kalimat yang ringan diucapkan oleh lisan akan berat dalam timbangan (subhanallah wa bihamdihi subhanallahil ‘adhim).
Rasulullah bersabda: “Orang yang cerdas adalah orang yang menahan hawa nafsunya dan mempersiapkan amal untuk bekal sesudah mati dan orang yang bodoh adalah orang yang selalu menuruti hawa nafsunya dan berangan-angan kepada Allah.” (HR. Tirmidzi)
Jadilah orang cerdas sebagaimana sabda Rasulullah SAW dalam hadits di atas. Kecerdasan yang akan membawa diri kepada hakikat kesuksesan, dimasukkan kedalam surga dan dijauhkan dari siksa api neraka. Maka persiapkanlah bekal dengan sebaik-baiknya, sebelum kematian datang pertanda waktu berbekal telah tiada. ‘Isy Kariiman Au Mut Syahiidan “Hidup Mulia Atau Mati Syahid.”
(Sumber: marimembaca.com)